

Salah satu kata yang sering saya dengar di sini adalah ”Saburai”. Sebuah lapangan luas semacam alun-alun kota yang sering digunakan untuk penyelenggarakan bermacam acara dinamakan Lapangan Saburai. Sudah hampir dua tahun saya di kota ini saya masih belum tahu apa sebenarnya Saburai itu. Wisnu teman saya, yang hampir satu tahun di kota ini, bilang bahwa Saburai itu singkatan dari Sai Bumi Ruwa Jurai. Namun, ia juga masih belum tahu apa arti sebenarnya dari frasa Sai Bhumi Ruwa Jurai. Akhirnya, meskipun belum tahu apa artinya, saya resmi meninggalkan spekulasi bahwa Lampung ini ada hubungan istimewa dengan samurai Jepang.
Teman saya yang lahir dan besar di Lampung tanpa diminta menjelaskan bahwa arti dari Sai Bumi Ruwa Jurai adalah Satu Bumi Dua Jurai. Bumi ya artinya bumi. Sedangkan jurai dapat berarti golongan atau suku. Kata temanku yang cantik itu (hueks:p) yang dimaksud dengan dua jurai adalah dua suku utama yang asli Lampung. Pertama, biasa disebut Pepadun. Suku Lampung Pepadun adalah orang-orang asli yang mendiami wilayah Lampung pedalaman (atau agak ke dalam). Yang kedua adalah yang biasa disebut Lampung Sai Batin. Sai Batin adalah orang-orang asli yang mendiami wilayah pinggiran atau pesisir Lampung.
Di lain pihak, ternyata Wisnu juga mencari tahu mengenai istilah Saburai. Saat Wisnu hendak menjelaskan kepada saya arti dari Saburai, namun saya dengan sigap mendahuluinya dengan presentasi singkat hasil penjelasan teman saya di atas. Ternyata, informasi yang didapatkan Wisnu sedikit berbeda. Berdasarkan sumber Wisnu, yang dimaksud dengan dua jurai adalah golongan asli Lampung dan golongan pendatang. Sebagaimana kita ketahui Lampung merupakan salah satu daerah tujuan transmigrasi. Banyak sekali pendatang di sini, terutama yang berasal dari Jawa. Jadi jangan heran kalau sobat datang ke Lampung mendengar percakapan sehari-hari dalam bahasa Jawa. Dan uniknya lagi (menurut saya) orang Lampung asli banyak yang pandai berbahasa Jawa, namun sayangnya jarang sekali ada pendatang Jawa yang pandai berbahasa Lampung. Dan saya sendiri, hampir dua tahun di sini rasanya lebih banyak mendengar bahasa Jawa dibanding bahasa Lampung. Ah, wat wat gawoh.
Tadi malam, maksud saya beberapa jam lalu, berbincang-bincanglah kita mengenai hal-hal yang dapat diperbincangkan. Entah dari mana, muncullah topik mengenai makhluk KW yang biasa disebut bencong. Apakah istilah bencong masih lazim digunakan saat ini? Tak apa, saya pakai saja istilah itu, bencong. Sumpah, saya tak bermaksud merendahkan sama sekali karena saya yakin pastilah saya yang lebih rendah, boleh kita ukur pakai meteran.
Wanita itu mengungkapkan perasaannya. Dia merasa heran kenapa para lelaki yang ia ketahui sangat takut terhadap bencong. Waktu kuliah dulu, katanya, jika berjalan berombongan dengan para lelaki kebetulan akan berpapasan dengan sekelompok bencong, pastilah para lelaki itu bertingkah aneh. Para lelaki itu tampak seperti ketakutan, malah terkesan minta dilindungi oleh para wanita. Intinya, para lelaki berusaha menjauh dari jangkauan para bencong.
Saya, yang juga memilih menjauh dari jangkauan para bencong jika seandainya berpapasan, agak bingung bagaimana cara menjelaskan fenomena di atas. Teman saya yang lebih bijak dari saya mencoba menjelaskan dengan perumpamaan.
Teman saya bertanya pada wanita yang bertanya,"Bayangkan, apa yang kamu rasakan jika seandainya ada seorang lelaki tak dikenal tiba-tiba datang menghampirimu. Kemudian dia menggodamu, lantas tangannya mencolek-colek serta menggerayangi tubuhmu?"
Sang wanita hanya menjawab dengan ekspresi wajahnya serta bersuara,"Hiiiiii...."
"Nah, kami para lelaki pun merasakan hal yang sama." Sungguh jawaban yang tak terbayangkan oleh saya sebelumnya.
Maaf saya hanya ingin menulis. Semua bahan bermutu yang ingin saya tuliskan sudah menguap entah ke mana. Seharusnya saya tak membuka FB menggunakan notebook. Akibatnya saya jadi susah tidur. Semoga dengan selesainya saya mengunggah tulisan ini, saya bisa langsung tertidur. Dan saya memilih untuk menutup mata dengan tersenyum. Jangan lupa berdoa ya, dan juga doakan saya.:)
ps: ini diambil dari catatan yang saya tulis di FB note saya
Jadi, apa ya yang mau saya tulis di sini. Sungguh, tadi setelah membaca tulisan-tulisan dari orang-orang yang saya kagumi, --baik yang saya kenal langsung maupun hanya saya kenal tulisannya saja-- begitu meletup-letup semangat saya untuk menulis. Menulis apa? Apa ya?
Perkataan klise mengatakan,"nafsu besar, tenaga kurang". Mungkin demikianlah keadaan saya sekarang. Begitu bernafsu untuk menulis. Banyak ide-ide berkelebatan di dalam kepala. Tapi apa daya tahan tak sampai.
Bagaimana kalau saya tuliskan saja poin2 yang peristiwa, ide, atau apalah itu. Mungkin Saudara-saudari yang membaca (mungkinkah ada?) bisa mendapatkan ide untuk meluaskannya menjadi suatu tulisan tersendiri.
- Saya percaya bahwa pendapat PidiBaiq ada benarnya bahwa beliau berpendapat Gus Dur tidaklah benar. Anggota DPR tidak mungkin masih anak TK!
- Masih ingatkah Anda tentang angin muson timur? Angin muson barat? Pancaroba? Tidak ingat? Tak apa-apa, sepertinya sekarang sudah kadaluarsa.
- Temanku baru menikah. Dia bertanya kebingungan,"SIM, STNK, KTP ada masa berlakunya, kok di buku nikah saya tidak dicantumkan ya?"
- Temanku yang belum menikah bisa menghipnotis ponakannya. Kalau ponakannya nakal, dia cukup memelototinya. Kemudian ponakannya akan menjewer kupingnya sendiri
- Dulu ayahku mengajari cara membuat pelangi. Dengan cara menyemburkan air ke arah datangnya matahari. Kini aku diajari oleh seorang ayah, yang bukan ayahku yang mengaku sebagai ayah terbaik di dunia, cara membuat air hujan berwarna-warni. Bubuhkan saja wantek bermacam warna di genteng
- Temanku yang sedang pusing urusan wanita jadi rajin menelepon diriku. Padahal aku ini tak tahu apa-apa mengenai masalah wanita. Bahkan biasanya akulah yang sibuk menelepon temanku itu, jika pusing dalam urusan wanita. Bah. Yang kami cari mungkin bukanlah solusi, tetapi sekedar teman berbagi, juga topangan untuk menguatkan diri. Aku lebih ganteng, sayangnya dia lebih tinggi. Syukurnya, selera kami tidaklah serupa
- Nanti akan kulanjutkan, kalau kerjaan kembali menggunung tinggi...
Jabung, April 2011