Minggu, 17 November 2013

Kuliner Ala Korea di Jogja

Beberapa pekan lalu, teman saya mengajak makan di resto Korea. Wow, saya yang terbilang rada katrok ini langsung saja mengiyakan. Terus terang saya penasaran dengan seperti apa rupa makanan korea. Jadi pergi lah kami ke Michigo Korean Resto di jalan Colombo, Jogjakarta.
Kesan saya pertama begitu masuk adalah, yah saya benar-benar katrok, hihihi. Konsep interior dibuat mirip dengan suasana Korea. Saya tidak tahu pasti sejauh mana kemiripannya karena toh saya belum pernah lihat langsung seperti apa rupa resto di Korea. Ingat, saya ini katrok.
Michigo, The Awesome Korean Food

Hal yang menarik adalah konsep self service yang diterapkan dengan bantuan teknologi. Karena terbilang masih konsep baru, pramuniaga yang ada siap membantu pelanggan untuk menjelaskan penggunaan gadget dalam prosedur pemesanan. Untuk memesan pelanggan memilih menu dengan tablet. Setelah selesai memesan, maka pindah ke kasir untuk membayar, kemudian kasir akan memberikan sebuah video pager. Bukan diberikan gratis untuk dibawa pulang lho, tetapi video pager ini digunakan untuk memberitahukan kepada pelanggan bahwa pesanan sudah siap untuk diambil. Diambil? Yup, pesanan diambil sendiri oleh pelanggan di tempat pengambilan pesanan. 
Pesan Menu dengan tablet
Pesanan Anda akan diinfokan siap diambil melalui video pager
Bagi saya pribadi, konsep self service yang diterapkan ada lebih dan kurangnya. Saya suka dengan konsep pemesanan menu menggunakan tablet, tetapi kalau kelamaan bisa jadi membuat antrian panjang (kalau lagi rame pengunjung). Terus terang saya tidak terlalu suka mengambil pesanan sendiri, saya merasa repot harus bolak-balik tempat duduk. Michigo juga berusaha mendidik pelanggannya untuk mengembalikan sendiri nampan bekas makannya. Pelanggan diberikan 1 poin untuk tiap pengembalian 1 nampan, yang dapat ditukar menu gratis setelah terkumpul 10 poin. Lagi-lagi saya merasa malas untuk mengembalikan sendiri, meskipun diberi reward. Mungkin konsep self service dengan bantuan fasilitas gadget ini memang biasa di Korea sana. Sayang, yang saya lihat tablet untuk memesan menu bukan Samsung Tab, hehe

Nah, komentar tentang menu makanan jujur saya belum bisa berbicara banyak. Saya pesan bulgogi, tapi lidah katrok saya bilang rasanya mirip semur daging, hehe. Yang berkesan di lidah saya adalah nasinya. Buat saya rasa nasinya khas sekali.
Bagaimana penilaian Anda? Silakan coba sendiri ya...   

Selasa, 12 November 2013

Tips Berlibur di Musim Hujan

Siapa sih yang tidak butuh liburan? Saya pun demikian, tetapi di bulan-bulan yang sudah memasuki musim hujan seperti ini membuat tujuan tempat wisata menjadi sedikit. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan karena tentunya kita tidak ingin acara berlibur terganggu oleh turunnya hujan. Well, setelah merenung dan merenangi beberapa situs, serta berbincang dengan beberapa teman, saya pun menemukan beberapa kegiatan dan objek liburan yang masih tetap oke meski pun hujan turun.
1. Jelajah Kota
Cukup banyak tempat di kota yang masih dapat kita kunjungi meskipun hujan turun. Pernah berkunjung ke museum? tentunya tidak kehujanan di dalam museum kan? 
Dinginnya cuaca karena hujan berbanding  lurus dengan meningkatnya nafsu makan. Ini saat yang tepat untuk berburu makanan hangat, bukan es krim tentunya ya.
Berbelanja juga tidak terganggu hujan kan?
Yang perlu diperhatikan saat jelajah kota adalah sipakan mantel/ jas hujan jika anda berkendaraan roda dua atau payung jika memilih jalan kaki dan berkendaraan roda lebih dari dua. Oya, jika Anda memutuskan berkunjung ke luar kota, pastikan kota tersebut tidak terganggu lalu lintasnya karena hujan alias macet.

2. Bongkar Mainan
Jika Anda memiliki hobi merakit, menjahit, menyulam. Hujan tidak akan mengganggu Anda membangun robot gundam, merakit pesawat model, menjahit baju baru, atau menyulam baju hangat. Tentu banyak hobi atau permainan rumahan yang bisa dilakukan

3. Eksperimen Dapur
Yup, buka buku resep Anda yang sudah lama teronggok di rak buku. Pilih menu yang enak disantap hangat-hangat di kala hujan. Waktunya memasak

4. Outdoor Nekat
Hehe, istilah yang terlalu lebay. Yang saya maksud adalah kalo memang ingin merasakan serunya camping hujan-hujan, ini adalah waktu yang tepat bukan? Siapkan mantel atau ponco. Atau jangan ragu main hujan-hujanan di sawah atau hutan, terkadang berkelakuan seperti anak kecil itu menyenangkan. 
Yang termasuk nekat lainnya adalah arung jeram, yang penting perhatikan safety.



5. Berburu Foto
Selalu ada momen menarik di kala hujan, atau pun sesaat setelah hujan. Siapkan kamera Anda untuk membidik setiap momen. Tentu akan lebih seru jika Anda keluar rumah untuk mendapatkan momen tersebut. Hati-hati, lindungi kamera Anda dari basah.

Bagaimana? Anda punya ide lain?
    

Evaluasi Nilai Investasi Pelatihan dengan ROTI

Beberapa waktu lalu saya Praktek Kerja Profesi Psikolog di sebuah BUMN pembuat Pupuk di Bontang. Tidak perlu saya sebut merk lah ya. Saya dulu pernah membahas salah satu makanan kesukaan saya, yaitu roti. Nah, di kota kecil ini saya menemukan roti yang juga enak (saya usahakan menulis tentang ini nanti) dimakan. Entah saya berjodoh dengan roti atau bagaimana, kebetulan saya juga menggarap project pengembangan tools penghitungan ROTI. Nah, jadi meskipun siang hadi bulan puasa, selama praktek kerja saya tetap harus mengadon dan mengunyah roti. Roti apa yang saya maksudkan? Berikut saya kopi saja dari blog yang yang isinya lebih serius:


Seringkali, training dianggap sebagai sebuah pengeluaran. Pandangan ini menyebabkan banyak manajemen perusahaan yang menomorduakan kebutuhan training bagi karyawannya karena menganggap hanya buang-buang dana dan waktu. Pandangan lain yang menganggap bahwa training merupakan bentuk investasi dituntut untuk dapat membuktikan secara objektif bahwa training memang menghasilkan benefit yang dapat dihitung secara finansial.
Bertahun-tahun nilai investasi (ROI/ return on investment) untuk pelatihan diasumsikan tidak mungkin dihitung. Pada akhirnya, Return on Training Investment (ROTI) dikembangkan menjadi sebuah alat untuk menjawab apakah suatu pelatihan dapat dievaluasi dilihat dari sisi nilai ekonomis atau tidak.
Return on Training Investment (ROTI) adalah perhitungan keuntungan secara financial Nilai Rupiah Hasil Training dibandingkan terhadap Modal atau biaya Training yang telah dikeluarkan.
Menurut Phillips (2013), proses evaluasi ROTI terdiri dari empat tahapan umum, yaitu perencanaan, penngumpulan data, analisis data, dan pelaporan hasil. Dalam tahap perencanaan dilakukan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi mengenai data awal dan latar belakang penyelenggaraan pelatihan.
Pada tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi yang menghasilkan data mengenai kepuasaan terhadap pelatihan, hasil belajar yang diperoleh, aplikasi hasil pelatihan dalam pekerjaan, dan dampak dalam kinerja.
Tahapan analisis data membuat konversi nilai benefit training ke dalam bentuk keuangan (rupiah) sehingga dapat dihitung dalam bentuk angka. Hasil dalam bentuk angka tersebut akan disampaikan sebagai hasil akhir dalam proses evaluasi ROTI.

Langkah menghitung ROTI
Secara praktis, langkah penghitungan nilai ROTI dapat dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:
1. Identifikasi pelatihan. Data yang diidentifikasi antara lain, kurikulum pelatihan, tempat dan waktu pelaksanaan, fasilitator, peserta, dan unit analisis.
2. Daftar alasan pelatihan dilakukan. Dalam hal ini mengumpulkan data mengenai latar belakang dan tujuan pelatihan, manfaat pelatihan yang diperoleh baik yang bersifat tangible maupun intangible.
3. Kalkulasi biaya pelatihan. Biaya pelatihan yang dihitung mencakup:
a) analisa kebutuhan pelatihan (TNA / Training Needs Analysis) dan perencanaan
b) pengembangan materi dan kurikulum
c) biaya registrasi
d) fee trainer dan konsultan
e) peralatan dan perlengkapan
f) fasilitas
g) akomodasi
h) gaji selama pelatihan
iv. Kalkulasi benefit pelatihan. Benefit pelatihan dapat dikategorikan menjadi:
a) Penghematan waktu
b) Peningkatan produktifitas/ out put
c) personnel savings
d) peningkatan kompetensi
e) Nilai tambah pekerjaan
v. Kalkulasi nilai Return On Training Investment (ROTI)
Nilai ROTI dapat dilihat dari benefit-cost ratio atau nilai ROI. Adapun rumus perhitungan ROTI yang digunakan adalah:
Benefit-cost Ratio (BCR) =      Total Net Benefit
                                                     Total Training Cost

ROI ( % ) = ( Total Net Benefit – Total Training Cost ) x  100%
                                          ( Total Training Cost)
Dimana:
BCR merupakan nilai perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan.Nilai BCR yang menguntungkan adalah jika lebih dari 1.
Persentase ROI merupakan perbandingan antara selisih nilai manfaat pelatihan dan biaya pelatihan dibandingkan dengan biaya pelatihan.ROI dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai ROI dikatakan menguntungkan jika nilianya lebih dari 100%.
Total Net Benefits merupakan keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil penerapan pelatihan setelah memperhitungkan faktor isolasi. Sedangkan Total training cost adalah jumlah total biaya pelatihan yang dikeluarkan.

Faktor Isolasi
Dengan melihat begitu banyaknya hal yang mungkin berpengaruh pada kinerja seseorang, maka sebagai peneliti kita harus memastikan bahwa faktor pengetahuan dan skill yang diperoleh dari pelatihan merupakan hal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang dan bukan faktor lain. Untuk memastikan hal tersebut Phillips (2003) menganjurkan beberapa metode. Berdasarkan pengalaman penulis, ada dua metode yang relatif mudah diterapkan di lapangan, yaitu dengan control groups atau skala keyakinan pengaruh pelatihan.
Control Groups sebenarnya merupakan metode isolasi yang paling akurat, yang dilakukan dengan cara membandingkan kinerja antara kelompok yang mengikuti program training dengan kelompok lain (control groups) yang tidak mengikuti program training. Hanya saja, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sangat sulitnya untuk mendapatkan control groups yang benar‐benar identik dengan kelompok yang mengikuti program training selain dari pengaruh training itu sendiri. Kelemahan lainnnya adalah apabila kelompok‐kelompok yang dibandingkan tersebut berada di lokasi yang berbeda, maka terdapat pengaruh lingkungan yang berbeda pula.
Cara kedua adalah menggunakan skala keyakinan pengaruh pelatihan. Metode ini dilakukan dengan cara meminta peserta/ responden untuk memperkirakan besarnya pengaruh training terhadap pekerjaannya dalam ukuran persentase. Pertimbangan penggunaan metode ini antara lain adalah bahwa peserta pelatihan merupakan pihak yang terlibat langsung dan oleh karenanya paling mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah dia mengikuti program pelatihan. Sebagai penguat, atasan dari responden juga diminta untuk memperkirakan persentase dampak pelatihan terhadap perubahan kinerja responden yang bersangkutan.

Nah, sudah ada gambaran tentang ROTI ini? Jika tertarik atau ingin diskusi lebih lanjut silakan kontak saya:)