Saat itu, semua anggota tim
berkumpul di aula. Hampir semua yang bicara, menyiratkan keraguan. Mereka tidak
yakin bahwa mereka bisa melakukan apa yang sudah diputuskan oleh kantor pusat.
Bos di unit itu terus berusaha meyakinkan bahwa mereka bisa. Memang, Bos ini
merupakan tipikal orang yang tak pernah mengatakan tidak bisa. Ia selalu
mengatakan “ya” apapun tantangan yang harus ia hadapi.
Akhirnya saya melambaikan tangan
untuk meminta izin bicara. Saya tak ingin tim berlarut-larut dalam
ketidakpercayaan diri. Saya bercerita. Cerita yang dulu pernah disampaikan
dosen saya dalam sebuah training, yang bagi saya sangat menginspirasi.
Ada anak unta bertanya pada bapaknya yang tentu juga unta.
“Ayah, Ayah, kenapa sih kita punya punuk?”
“Punuk ini adalah tempat cadangan air kita, jadi kalau kita berjalan
jauh di padang pasir, kita tidak akan mudah kehausan.”
“Ayah, Ayah, kenapa sih kaki kita panjang-panjang?”
“Oh, itu agar kita tidak mudah terperosok di pasir ketika menjelajahi
gurun berhari-hari”
“Ayah, ayah, kenapa sih kelopak mata kita lebar sekali?”
“Kau tahu, Nak? Di gurun seringkali terjadi badai pasir, kelopak seperti
ini sangat membantu agar mata kita menutup rapat sehingga tidak mudah kemasukan
debu atau pasir.”
“Tetapi, Ayah, kenapa kita tinggal di kebun binatang?”
Tampaknya tim cukup paham dengan
cerita yang saya sampaikan. Pak Bos menegakkan kepalanya, matanya terlihat
bersemangat. Ia pun menegaskan pada tim bahwa segala sumber daya, system, dan
teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia. Dengan bekal itu semua, tidaklah
patut meragukan diri untuk melangkah pada situasi baru, karena bekal yang sudah
ada itu memang disediakan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi tim saat
itu.
Suasana tim kembali bergairah.
Agenda demi agenda dapat dilalui dengan tanpa pesimisme. Saya menikmati suasana
itu hingga suatu ketika saya cukup terperanjat.
Beberapa pecan kemudian, seorang rekan
mengatakan pada saya bahwa ia masih ingat dengan cerita unta yang saya kisahkan.
Tentu saya senang ketika ia mengakui bahwa cerita itu menginspirasi baginya.
Rasa senang itu seketika berubah, saat dia mengatakan bahwa ia sedang
menyiapkan berkas lamaran ke perusahaan lain.