Tampilkan postingan dengan label roti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label roti. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 November 2013

Evaluasi Nilai Investasi Pelatihan dengan ROTI

Beberapa waktu lalu saya Praktek Kerja Profesi Psikolog di sebuah BUMN pembuat Pupuk di Bontang. Tidak perlu saya sebut merk lah ya. Saya dulu pernah membahas salah satu makanan kesukaan saya, yaitu roti. Nah, di kota kecil ini saya menemukan roti yang juga enak (saya usahakan menulis tentang ini nanti) dimakan. Entah saya berjodoh dengan roti atau bagaimana, kebetulan saya juga menggarap project pengembangan tools penghitungan ROTI. Nah, jadi meskipun siang hadi bulan puasa, selama praktek kerja saya tetap harus mengadon dan mengunyah roti. Roti apa yang saya maksudkan? Berikut saya kopi saja dari blog yang yang isinya lebih serius:


Seringkali, training dianggap sebagai sebuah pengeluaran. Pandangan ini menyebabkan banyak manajemen perusahaan yang menomorduakan kebutuhan training bagi karyawannya karena menganggap hanya buang-buang dana dan waktu. Pandangan lain yang menganggap bahwa training merupakan bentuk investasi dituntut untuk dapat membuktikan secara objektif bahwa training memang menghasilkan benefit yang dapat dihitung secara finansial.
Bertahun-tahun nilai investasi (ROI/ return on investment) untuk pelatihan diasumsikan tidak mungkin dihitung. Pada akhirnya, Return on Training Investment (ROTI) dikembangkan menjadi sebuah alat untuk menjawab apakah suatu pelatihan dapat dievaluasi dilihat dari sisi nilai ekonomis atau tidak.
Return on Training Investment (ROTI) adalah perhitungan keuntungan secara financial Nilai Rupiah Hasil Training dibandingkan terhadap Modal atau biaya Training yang telah dikeluarkan.
Menurut Phillips (2013), proses evaluasi ROTI terdiri dari empat tahapan umum, yaitu perencanaan, penngumpulan data, analisis data, dan pelaporan hasil. Dalam tahap perencanaan dilakukan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi mengenai data awal dan latar belakang penyelenggaraan pelatihan.
Pada tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi yang menghasilkan data mengenai kepuasaan terhadap pelatihan, hasil belajar yang diperoleh, aplikasi hasil pelatihan dalam pekerjaan, dan dampak dalam kinerja.
Tahapan analisis data membuat konversi nilai benefit training ke dalam bentuk keuangan (rupiah) sehingga dapat dihitung dalam bentuk angka. Hasil dalam bentuk angka tersebut akan disampaikan sebagai hasil akhir dalam proses evaluasi ROTI.

Langkah menghitung ROTI
Secara praktis, langkah penghitungan nilai ROTI dapat dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:
1. Identifikasi pelatihan. Data yang diidentifikasi antara lain, kurikulum pelatihan, tempat dan waktu pelaksanaan, fasilitator, peserta, dan unit analisis.
2. Daftar alasan pelatihan dilakukan. Dalam hal ini mengumpulkan data mengenai latar belakang dan tujuan pelatihan, manfaat pelatihan yang diperoleh baik yang bersifat tangible maupun intangible.
3. Kalkulasi biaya pelatihan. Biaya pelatihan yang dihitung mencakup:
a) analisa kebutuhan pelatihan (TNA / Training Needs Analysis) dan perencanaan
b) pengembangan materi dan kurikulum
c) biaya registrasi
d) fee trainer dan konsultan
e) peralatan dan perlengkapan
f) fasilitas
g) akomodasi
h) gaji selama pelatihan
iv. Kalkulasi benefit pelatihan. Benefit pelatihan dapat dikategorikan menjadi:
a) Penghematan waktu
b) Peningkatan produktifitas/ out put
c) personnel savings
d) peningkatan kompetensi
e) Nilai tambah pekerjaan
v. Kalkulasi nilai Return On Training Investment (ROTI)
Nilai ROTI dapat dilihat dari benefit-cost ratio atau nilai ROI. Adapun rumus perhitungan ROTI yang digunakan adalah:
Benefit-cost Ratio (BCR) =      Total Net Benefit
                                                     Total Training Cost

ROI ( % ) = ( Total Net Benefit – Total Training Cost ) x  100%
                                          ( Total Training Cost)
Dimana:
BCR merupakan nilai perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan.Nilai BCR yang menguntungkan adalah jika lebih dari 1.
Persentase ROI merupakan perbandingan antara selisih nilai manfaat pelatihan dan biaya pelatihan dibandingkan dengan biaya pelatihan.ROI dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai ROI dikatakan menguntungkan jika nilianya lebih dari 100%.
Total Net Benefits merupakan keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil penerapan pelatihan setelah memperhitungkan faktor isolasi. Sedangkan Total training cost adalah jumlah total biaya pelatihan yang dikeluarkan.

Faktor Isolasi
Dengan melihat begitu banyaknya hal yang mungkin berpengaruh pada kinerja seseorang, maka sebagai peneliti kita harus memastikan bahwa faktor pengetahuan dan skill yang diperoleh dari pelatihan merupakan hal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang dan bukan faktor lain. Untuk memastikan hal tersebut Phillips (2003) menganjurkan beberapa metode. Berdasarkan pengalaman penulis, ada dua metode yang relatif mudah diterapkan di lapangan, yaitu dengan control groups atau skala keyakinan pengaruh pelatihan.
Control Groups sebenarnya merupakan metode isolasi yang paling akurat, yang dilakukan dengan cara membandingkan kinerja antara kelompok yang mengikuti program training dengan kelompok lain (control groups) yang tidak mengikuti program training. Hanya saja, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sangat sulitnya untuk mendapatkan control groups yang benar‐benar identik dengan kelompok yang mengikuti program training selain dari pengaruh training itu sendiri. Kelemahan lainnnya adalah apabila kelompok‐kelompok yang dibandingkan tersebut berada di lokasi yang berbeda, maka terdapat pengaruh lingkungan yang berbeda pula.
Cara kedua adalah menggunakan skala keyakinan pengaruh pelatihan. Metode ini dilakukan dengan cara meminta peserta/ responden untuk memperkirakan besarnya pengaruh training terhadap pekerjaannya dalam ukuran persentase. Pertimbangan penggunaan metode ini antara lain adalah bahwa peserta pelatihan merupakan pihak yang terlibat langsung dan oleh karenanya paling mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah dia mengikuti program pelatihan. Sebagai penguat, atasan dari responden juga diminta untuk memperkirakan persentase dampak pelatihan terhadap perubahan kinerja responden yang bersangkutan.

Nah, sudah ada gambaran tentang ROTI ini? Jika tertarik atau ingin diskusi lebih lanjut silakan kontak saya:)

Rabu, 21 Maret 2012

Catatan Sepotong Roti

Pada hari Rabu, iya hari Rabu, saya membaca harian Kompas Minggu (18/03/12). Ada artikel menarik yang mengulas roti khas di beberapa kota di Indonesia. Membaca ulasan artikel tersebut mengingatkan saya tentang beberapa hal terkait roti.

Dulu, saya pernah berkeinginan untuk membuka toko roti. Bukan, bukan karena saya jago membuat roti. Entahlah, tetapi saya suka roti, suka aromanya, suka teksturnya ketika digigit. Salah satu yang juga menginspirasi saya untuk punya toko roti adalah sebuah telenovela. Saya pernah sekilas melihat telenovela yang salah seorang tokohnya punya toko roti. Tokoh tersebut bilang bahwa dengan tokonya itu memang belum tentu membuat mereka jadi kaya, tetapi setidaknya dijamin tidak akan kelaparan.

Bicara soal aroma roti yang menggoda. Saya pernah menemukan sebuah sumber yang mengatakan bahwa aroma menyengat yang seketika membuat ileran dan keroncongan pada toko-toko roti terkenal di mall bukanlah dari dapur mereka, tapi dari sejenis pengharum ruangan yang beraroma roti. *Bah, shut up ’n take my money!

Ketika dulu ibu saya membuat roti, ibu menyerahkan adonan yang sudah jadi kepada saya. Saya senang sekali karena bisa bebas bereksperimen membuat bentuk-bentuk aneh. Ayah saya memuji roti hasil bentukan saya yang katanya bagus sekali. Haha, tentu ayah tidak tahu, sebelum dipanggang adonan roti itu saya bentuk menjadi tokai seperti yang biasa digambarkan dalam manga terutama Sinchan. Hihi, yang penting enak ketika sudah masuk mulut. *rainbow puke
Saya juga punya beberapa pengalaman terkait mengolah roti sebelum dimakan. Roti yang sudah disimpan lebih dari dua hari biasanya mengeras. Untuk melunakkannya kembali agar enak dimakan cukup dengan cara dipanaskan. Memanaskannya bisa dengan cara dipanggang atau dibakar. Jika sobat tidak punya panggangan roti atau toaster, bisa menggunakan wajan. Tidak perlu pakai minyak goreng, cukup taruh di atas wajan panas, jangan lupa dibolak-balik. Cara lain adalah dengan disetrika, penting untuk diperhatikan untuk tidak perlu disemprot pelicin. Silakan komentar saya ini gila. Teman satu kos saya juga dulu bilang demikian. Tetapi nyatanya, mereka mengikuti jejak saya, haha...

Ada yang tahu roti sumbu? Ini adalah salah satu roti khas Indonesia. terbuat dari singkong yang direbus. Yap, cukup direbus, kemudian jadilah roti sumbu. Kau akan lihat di tengah-tengahnya ada sumbunya. Hehe

Saya juga seringkali bingung. Pernah teman saya menawari roti yang baru saja dibelinya. Belasan tahun saya hidup di negeri ini, yang saya tahu pasti apa yang disodorkan teman saya adalah biskuit. Oh, betapa sedikitnya perbendaharaan kosa kata yang saya pahami.
Kebingungan yang lain disebabkan oleh tante saya. Pernah tante saya pergi ke warung, katanya hendak membeli roti jepang. 

Saya yang penasaran tentu saja menanti-nanti kedatangannya ingin melihat dan tentu saja mencicipi seperti apa roti tersebut. Saya curiga, rotinya habis dimakan tante di jalan karena tak mau membaginya pada saya. Sampai sekarang, saya tak pernah tahu apa gerangan roti jepang itu. Namun dari info yang beredar, roti jepang punya nama alias yaitu roti sobek. *Aarrghh... tak sobek-sobek..

Yang paling membuat saya bingung dan geli adalah saat membaca kisah tentang orang yang memakan tuhannya. Dia membuat tuhan dari roti. Dibentuknya sedemikian rupa. Beribadahlah dia kepada tuhan roti tersebut. Namun, ketika merasa lapar dan tak ada makanan sedikitpun, maka dimakanlah tuhannya itu.

Dan sungguh saya kagum, bagaimana cara seorang ulama menunjukkan bahwa di Al Quran ada penjelasan cara membuat roti. Beliau diminta bukti bahwa Al Quran menjelaskan semua hal termasuk cara membuat roti. Maka sang Ulama mengajak orang yang bertanya untuk menemui ahli masak di sebuah dapur. Kata beliau,”Bertanyalah kepadanya, karena di Al Quran disebutkan ’bertanyalah pada ahlinya, jika kamu tidak mengetahui’”. Yang dimaksud ”ahli dzikr” dalam An Nahl:43 adalah orang yang memiliki ilmu. CMIIW.