Senin, 18 Maret 2013

Integritas dan Kegalauan: Antara Hati, Perkataan, dan Perbuatan


Saat ini sudah sering kita mendengar kata “integritas”. Dalam persyaratan lowongan kerja pun tidak jarang menjadikan integritas sebagai salah satu requirement-nya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan integritas?
Kalimat paling sederhana untuk menggambarkan makna integritas adalah kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Jadi, seorang yang dikatakan berintegritas apabila apa yang ia katakan sesuai dengan apa yang ia lakukan.
Perilaku yang sulit dikatakan contoh integritas misalnya adalah ketika kita berpisah dengan teman atau saudara. Bisanya saat berpisah kita melambaikan tangan dan berseru,”dada...!”. Sayang sekali, apa yang kita serukan itu tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan. Kalau ingin dikatakan integritas, seharusnya yang kita serukan adalah,”tangan...!”, atau kita ganti yang digoyang-goyangkan bukanlah tangan, tetapi dada. Saya kira yang cukup pas adalah melambaikan tangan dengan berseru,”bye..!”. Bukan bermaksud sok English, tetapi kata kata “bye” menurut hemat saya diadaptasi dari kosakata Indonesia yang berasal dari kata “lambai”, namun dipenggal suku kata akhirnya saja seperti yang lazim dipakai dalam bahasa sms (sandek, pesan pendek) di kalangan anak muda gaul.
Sifat lain yang tidak tergolong integritas adalah seperti yang ditunjukkan oleh Darmaji. Si Darmaji ini kalau makan gorengan lima biji, tapi yang dibayar cuma satu. Begitulah sifat Darmaji, dari lima jadi hiji.  Teman seperjuangan Darmaji adalah Ajidarma. Sebagai pejabat, Ajidarma seringkali menambah-nambahi nilai anggaran proposal, dana yang tadinya hanya 1 miliar ditambah-tambahi menjadi 5 miliar. Demikianlah Ajidarma, awalnya hiji di-mark up jadi lima. Darmaji itu merugikan orang lain, sedangkan Ajidarma memperkaya diri sendiri, sehingga tak heran kalau Darmaji dan Ajidarma yang tidak termasuk golongan integritas ini menjadi kejaran KPK. Mohon maaf kalau ada kesamaan nama, sumpah itu memang bisa jadi sebuah nama, namun yang saya maksudkan bukan sebenarnya nama.
Dalam bela diri aikido yang belum lama saya tekuni, sering ditekankan harmoni antara mind-body-movement. Maksudnya adalah ketika kita melakukan sebuah teknik atau jurus hendaknya melibatkan ketiga hal tersebut. Salah satu guru besar pencak silat di Garut pun pernah mengatakan hal yang mirip, dengan istilahnya pikiran-hati-perbuatan. Dalam praktik keseharian, jika harmonisasi ketiga hal di atas tidak terjadi maka akan menyulitkan. Contoh konkritnya adalah seorang yang bertekad untuk beranjak (move on) dari mantan gebetan yang sungguh ngebet untuk dijadikannya sebagai ibu dari anak-anaknya kelak. Ia sudah yakin untuk tidak memikirkan wanita itu lagi, juga yakin sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi. Akan tetapi jika ternyata masih sering stalking ke laman facebook, timeline twitter, status BB atau Whats App, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang galon, alias GAGAL MOVE ON!
Atau bisa jadi sebaliknya seorang wanita yang mati-matian menolak seorang lelaki, selalu pergi dan menghindar jauh dari jangkauan sang lelaki, namun ketika sang lelaki tampak tidak berbuat apa-apa wanita itu pun menoleh dan mencari-cari ada apa gerangan sang lelaki berhenti mengejar. Hal ini sangat berpotensi membuat sang wanita terjatuh pada perangkap yang tak terlihat. Sang lelaki benar-benar menikahi orang lain, sang wanita terjebak dalam nostalgia adrenalin pernah dikejar-kejar samapi ke ujung desa. Maka saudara-saudaraku, ketiadaan integritas berpotensi besar menyebabkan KEGALAUAN!
Bergeraklah kita dengan sepenuhnya sadar dan fokus pada tujuan, jangan terlalu banyak terpengaruh lingkungan. Dalam peribahasa Arab dikatakan bahwa sebenarnya kijang berlari lebih cepat daripada singa, kijang tertangkap singa karena terlalu sering melihat ke belakang. Seandainya sang kijang fokus berniat berlari, mengerahkan semua tenaganya, dan menghadapkan seluruh tubuhnya ke depan, tentu bisa selamat dari terkaman singa. Karena sikap dan perilaku yang tidak berintegritas ini, populasi kijang saat ini sudah jauh berkurang. Jumlahnya sudah kalah banyak dibanding jumlah avanza dan xenia.
Hal penting yang perlu kita ingat, pahami dan lakukan adalah bahwa integritas itu ada dalam persyaratan iman. Seorang dikatakan beriman apabila ia mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dalam hatinya, serta mengamalkannya dalam perbuatan.
Jadi marilah Saudara-saudara, kita harmoniskan hati, lisan, dan perbuatan (anggota badan) agar kita termasuk golongan yang berintegritas dan terhindar dari kegalauan.