Jumat, 01 Februari 2013

Meniru dan Ditiru

Di salah satu dojo tempat saya berlatih Aikido ada sebuah kebiasaan yang menurut saya agak aneh. Kebanyakan aikidoka pemula di sana seringkali melakukan teknik sambil menaruh sebelah tangan di pinggang. Keheranan saya akhirnya terpecahkan setelah bertemu sensei yang paling dituakan di sana. Sensei itu -tanpa mengurangi hormat saya- punya kebiasaan menopang pinggang dengan sebelah tangan saat menjelaskan sebuah teknik, suatu sikap tubuh yang sebenarnya hanya sebuah kebiasaan bukan bagian penting dari teknik.
Di lain waktu, seorang teman saya bercerita agar hati-hati bertingkah laku jika nanti sudah punya anak. Teman saya itu sempat bingung melihat anaknya yang berusia sekitar 2 tahun suka menyodor-nyodorkan upil ke orang lain. Setelah direnungkan, ternyata memang teman saya itu suka berbuat demikian saat bercanda dengan istrinya.
Saya sendiri sering kaget karena ada beberapa kebiasaan saya yang ternyata ditiru oleh teman-teman kantor. Teman satu ruangan saya jadi suka bertepuk tangan tiga kali. Katanya dengan dengan bertepuk tangan seperti itu dapat menghilangkan masalah dan stres. Parahnya, dia bilang kebiasaan itu ia tiru dari saya, padahal sama sekali saya tidak melakukan itu dengan niat demikian, murni iseng belaka.
Coba Anda renungkan beberapa kebiasaan yang seringkali Anda lakukan. Coba Anda ingat-ingat hal baru apa yang menjadi kebiasaan Anda, cara bicara, cara menulis, atau mungkin bahasa tubuh Anda. Dapatkah Anda menjelaskan dari mana muncul kebiasaan tersebut?
Kita memang belajar dari lingkungan. Bermula dari memperhatikan, kemudian meniru, akhirnya menjadi kebiasaan. Ada kalanya proses belajar hingga menjadi kebiasaan itu terjadi tanpa kita sadari. Lucunya, hal yang tanpa sadari kita tiru dari orang lain sebenarnya tidak ada makna sama sekali menurut orang yang kita tiru itu. Maka, marilah kita saring baik-baik pengaruh dari lingkungan, jangan sampai apa yang kita tiru malah suatu hal yang jelek.
Sekarang mari kita renungkan, hal apa yang dilakukan orang lain yang ternyata merupakan hasil tiruan dari perilaku kita? Adakah? Saya yakin ada. Coba lihat lingkungan dekat Anda. Jika Anda orang tua, perhatikan anak-anak Anda. Jika Anda seorang pemimpin, lihatlah anak buah Anda. Jika Anda seorang guru, perhatikanlah murid-murid Anda. Nah, apakah kebiasaan yang ditiru dari Anda adalah kebiasaan baik, jelek, atau malah tak bermakna? Yuk, kita lebih bijak dan hati-hati dalam bertindak dan bertingkah laku, semoga pengaruh yang kita tularkan adalah suatu hal yang baik-baik. Hal yang tak bermakna tak apa-apa yang ternyata ditiru, setidaknya menunjukkan bahwa kita orang yang pantas ditiru, hehe7.