Minggu, 17 November 2013

Kuliner Ala Korea di Jogja

Beberapa pekan lalu, teman saya mengajak makan di resto Korea. Wow, saya yang terbilang rada katrok ini langsung saja mengiyakan. Terus terang saya penasaran dengan seperti apa rupa makanan korea. Jadi pergi lah kami ke Michigo Korean Resto di jalan Colombo, Jogjakarta.
Kesan saya pertama begitu masuk adalah, yah saya benar-benar katrok, hihihi. Konsep interior dibuat mirip dengan suasana Korea. Saya tidak tahu pasti sejauh mana kemiripannya karena toh saya belum pernah lihat langsung seperti apa rupa resto di Korea. Ingat, saya ini katrok.
Michigo, The Awesome Korean Food

Hal yang menarik adalah konsep self service yang diterapkan dengan bantuan teknologi. Karena terbilang masih konsep baru, pramuniaga yang ada siap membantu pelanggan untuk menjelaskan penggunaan gadget dalam prosedur pemesanan. Untuk memesan pelanggan memilih menu dengan tablet. Setelah selesai memesan, maka pindah ke kasir untuk membayar, kemudian kasir akan memberikan sebuah video pager. Bukan diberikan gratis untuk dibawa pulang lho, tetapi video pager ini digunakan untuk memberitahukan kepada pelanggan bahwa pesanan sudah siap untuk diambil. Diambil? Yup, pesanan diambil sendiri oleh pelanggan di tempat pengambilan pesanan. 
Pesan Menu dengan tablet
Pesanan Anda akan diinfokan siap diambil melalui video pager
Bagi saya pribadi, konsep self service yang diterapkan ada lebih dan kurangnya. Saya suka dengan konsep pemesanan menu menggunakan tablet, tetapi kalau kelamaan bisa jadi membuat antrian panjang (kalau lagi rame pengunjung). Terus terang saya tidak terlalu suka mengambil pesanan sendiri, saya merasa repot harus bolak-balik tempat duduk. Michigo juga berusaha mendidik pelanggannya untuk mengembalikan sendiri nampan bekas makannya. Pelanggan diberikan 1 poin untuk tiap pengembalian 1 nampan, yang dapat ditukar menu gratis setelah terkumpul 10 poin. Lagi-lagi saya merasa malas untuk mengembalikan sendiri, meskipun diberi reward. Mungkin konsep self service dengan bantuan fasilitas gadget ini memang biasa di Korea sana. Sayang, yang saya lihat tablet untuk memesan menu bukan Samsung Tab, hehe

Nah, komentar tentang menu makanan jujur saya belum bisa berbicara banyak. Saya pesan bulgogi, tapi lidah katrok saya bilang rasanya mirip semur daging, hehe. Yang berkesan di lidah saya adalah nasinya. Buat saya rasa nasinya khas sekali.
Bagaimana penilaian Anda? Silakan coba sendiri ya...   

Selasa, 12 November 2013

Tips Berlibur di Musim Hujan

Siapa sih yang tidak butuh liburan? Saya pun demikian, tetapi di bulan-bulan yang sudah memasuki musim hujan seperti ini membuat tujuan tempat wisata menjadi sedikit. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan karena tentunya kita tidak ingin acara berlibur terganggu oleh turunnya hujan. Well, setelah merenung dan merenangi beberapa situs, serta berbincang dengan beberapa teman, saya pun menemukan beberapa kegiatan dan objek liburan yang masih tetap oke meski pun hujan turun.
1. Jelajah Kota
Cukup banyak tempat di kota yang masih dapat kita kunjungi meskipun hujan turun. Pernah berkunjung ke museum? tentunya tidak kehujanan di dalam museum kan? 
Dinginnya cuaca karena hujan berbanding  lurus dengan meningkatnya nafsu makan. Ini saat yang tepat untuk berburu makanan hangat, bukan es krim tentunya ya.
Berbelanja juga tidak terganggu hujan kan?
Yang perlu diperhatikan saat jelajah kota adalah sipakan mantel/ jas hujan jika anda berkendaraan roda dua atau payung jika memilih jalan kaki dan berkendaraan roda lebih dari dua. Oya, jika Anda memutuskan berkunjung ke luar kota, pastikan kota tersebut tidak terganggu lalu lintasnya karena hujan alias macet.

2. Bongkar Mainan
Jika Anda memiliki hobi merakit, menjahit, menyulam. Hujan tidak akan mengganggu Anda membangun robot gundam, merakit pesawat model, menjahit baju baru, atau menyulam baju hangat. Tentu banyak hobi atau permainan rumahan yang bisa dilakukan

3. Eksperimen Dapur
Yup, buka buku resep Anda yang sudah lama teronggok di rak buku. Pilih menu yang enak disantap hangat-hangat di kala hujan. Waktunya memasak

4. Outdoor Nekat
Hehe, istilah yang terlalu lebay. Yang saya maksud adalah kalo memang ingin merasakan serunya camping hujan-hujan, ini adalah waktu yang tepat bukan? Siapkan mantel atau ponco. Atau jangan ragu main hujan-hujanan di sawah atau hutan, terkadang berkelakuan seperti anak kecil itu menyenangkan. 
Yang termasuk nekat lainnya adalah arung jeram, yang penting perhatikan safety.



5. Berburu Foto
Selalu ada momen menarik di kala hujan, atau pun sesaat setelah hujan. Siapkan kamera Anda untuk membidik setiap momen. Tentu akan lebih seru jika Anda keluar rumah untuk mendapatkan momen tersebut. Hati-hati, lindungi kamera Anda dari basah.

Bagaimana? Anda punya ide lain?
    

Evaluasi Nilai Investasi Pelatihan dengan ROTI

Beberapa waktu lalu saya Praktek Kerja Profesi Psikolog di sebuah BUMN pembuat Pupuk di Bontang. Tidak perlu saya sebut merk lah ya. Saya dulu pernah membahas salah satu makanan kesukaan saya, yaitu roti. Nah, di kota kecil ini saya menemukan roti yang juga enak (saya usahakan menulis tentang ini nanti) dimakan. Entah saya berjodoh dengan roti atau bagaimana, kebetulan saya juga menggarap project pengembangan tools penghitungan ROTI. Nah, jadi meskipun siang hadi bulan puasa, selama praktek kerja saya tetap harus mengadon dan mengunyah roti. Roti apa yang saya maksudkan? Berikut saya kopi saja dari blog yang yang isinya lebih serius:


Seringkali, training dianggap sebagai sebuah pengeluaran. Pandangan ini menyebabkan banyak manajemen perusahaan yang menomorduakan kebutuhan training bagi karyawannya karena menganggap hanya buang-buang dana dan waktu. Pandangan lain yang menganggap bahwa training merupakan bentuk investasi dituntut untuk dapat membuktikan secara objektif bahwa training memang menghasilkan benefit yang dapat dihitung secara finansial.
Bertahun-tahun nilai investasi (ROI/ return on investment) untuk pelatihan diasumsikan tidak mungkin dihitung. Pada akhirnya, Return on Training Investment (ROTI) dikembangkan menjadi sebuah alat untuk menjawab apakah suatu pelatihan dapat dievaluasi dilihat dari sisi nilai ekonomis atau tidak.
Return on Training Investment (ROTI) adalah perhitungan keuntungan secara financial Nilai Rupiah Hasil Training dibandingkan terhadap Modal atau biaya Training yang telah dikeluarkan.
Menurut Phillips (2013), proses evaluasi ROTI terdiri dari empat tahapan umum, yaitu perencanaan, penngumpulan data, analisis data, dan pelaporan hasil. Dalam tahap perencanaan dilakukan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi mengenai data awal dan latar belakang penyelenggaraan pelatihan.
Pada tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi yang menghasilkan data mengenai kepuasaan terhadap pelatihan, hasil belajar yang diperoleh, aplikasi hasil pelatihan dalam pekerjaan, dan dampak dalam kinerja.
Tahapan analisis data membuat konversi nilai benefit training ke dalam bentuk keuangan (rupiah) sehingga dapat dihitung dalam bentuk angka. Hasil dalam bentuk angka tersebut akan disampaikan sebagai hasil akhir dalam proses evaluasi ROTI.

Langkah menghitung ROTI
Secara praktis, langkah penghitungan nilai ROTI dapat dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:
1. Identifikasi pelatihan. Data yang diidentifikasi antara lain, kurikulum pelatihan, tempat dan waktu pelaksanaan, fasilitator, peserta, dan unit analisis.
2. Daftar alasan pelatihan dilakukan. Dalam hal ini mengumpulkan data mengenai latar belakang dan tujuan pelatihan, manfaat pelatihan yang diperoleh baik yang bersifat tangible maupun intangible.
3. Kalkulasi biaya pelatihan. Biaya pelatihan yang dihitung mencakup:
a) analisa kebutuhan pelatihan (TNA / Training Needs Analysis) dan perencanaan
b) pengembangan materi dan kurikulum
c) biaya registrasi
d) fee trainer dan konsultan
e) peralatan dan perlengkapan
f) fasilitas
g) akomodasi
h) gaji selama pelatihan
iv. Kalkulasi benefit pelatihan. Benefit pelatihan dapat dikategorikan menjadi:
a) Penghematan waktu
b) Peningkatan produktifitas/ out put
c) personnel savings
d) peningkatan kompetensi
e) Nilai tambah pekerjaan
v. Kalkulasi nilai Return On Training Investment (ROTI)
Nilai ROTI dapat dilihat dari benefit-cost ratio atau nilai ROI. Adapun rumus perhitungan ROTI yang digunakan adalah:
Benefit-cost Ratio (BCR) =      Total Net Benefit
                                                     Total Training Cost

ROI ( % ) = ( Total Net Benefit – Total Training Cost ) x  100%
                                          ( Total Training Cost)
Dimana:
BCR merupakan nilai perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan.Nilai BCR yang menguntungkan adalah jika lebih dari 1.
Persentase ROI merupakan perbandingan antara selisih nilai manfaat pelatihan dan biaya pelatihan dibandingkan dengan biaya pelatihan.ROI dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai ROI dikatakan menguntungkan jika nilianya lebih dari 100%.
Total Net Benefits merupakan keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil penerapan pelatihan setelah memperhitungkan faktor isolasi. Sedangkan Total training cost adalah jumlah total biaya pelatihan yang dikeluarkan.

Faktor Isolasi
Dengan melihat begitu banyaknya hal yang mungkin berpengaruh pada kinerja seseorang, maka sebagai peneliti kita harus memastikan bahwa faktor pengetahuan dan skill yang diperoleh dari pelatihan merupakan hal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang dan bukan faktor lain. Untuk memastikan hal tersebut Phillips (2003) menganjurkan beberapa metode. Berdasarkan pengalaman penulis, ada dua metode yang relatif mudah diterapkan di lapangan, yaitu dengan control groups atau skala keyakinan pengaruh pelatihan.
Control Groups sebenarnya merupakan metode isolasi yang paling akurat, yang dilakukan dengan cara membandingkan kinerja antara kelompok yang mengikuti program training dengan kelompok lain (control groups) yang tidak mengikuti program training. Hanya saja, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sangat sulitnya untuk mendapatkan control groups yang benar‐benar identik dengan kelompok yang mengikuti program training selain dari pengaruh training itu sendiri. Kelemahan lainnnya adalah apabila kelompok‐kelompok yang dibandingkan tersebut berada di lokasi yang berbeda, maka terdapat pengaruh lingkungan yang berbeda pula.
Cara kedua adalah menggunakan skala keyakinan pengaruh pelatihan. Metode ini dilakukan dengan cara meminta peserta/ responden untuk memperkirakan besarnya pengaruh training terhadap pekerjaannya dalam ukuran persentase. Pertimbangan penggunaan metode ini antara lain adalah bahwa peserta pelatihan merupakan pihak yang terlibat langsung dan oleh karenanya paling mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah dia mengikuti program pelatihan. Sebagai penguat, atasan dari responden juga diminta untuk memperkirakan persentase dampak pelatihan terhadap perubahan kinerja responden yang bersangkutan.

Nah, sudah ada gambaran tentang ROTI ini? Jika tertarik atau ingin diskusi lebih lanjut silakan kontak saya:)

Kamis, 01 Agustus 2013

Bunga Pagi Berwarna Ungu


 Aku menyebutnya bunga jam 2, tentu bukan nama sebenarnya. Dia bukanlah korban kekerasan seksual yang terjadi pada pukul 2 siang. Dia benarlah tanaman yang mahkota bunganya berwarna ungu. Aku bisa memandanginya dari jendela sebelah meja kerjaku yang berada di pojokan. Meski tampak ditanam serampangan, tetaplah tampak indah memandangi mahkota-mahkota ungu yang segar bermekaran di pagi hari. Sehabis zuhur mulai layu, jam 2 siang ia berguguran sudah. Hanya tersisa daun-daun hijau yang tampak berusaha terlihat segar, tapi yang kulihat adalah hijau pucat yang tak bergairah.

Aku menyebutnya bunga jam 2, meski aku tak tahu nama sebenarnya. Aku menyebutnya demikian untuk mengenang gugurnya ia setiap pukul 2 siang. Aku mengingat jam 2 siang yang layu karena pada saat yang sama hatiku pun melayu. Entah lelah karena dari pagi memeras otak demi rancangan solusi berbagai macam proyek. Entah lelah karena dari pagi berusaha keras memfokuskan perhatian pada pekerjaan, mengalihkan pikiran dari dia yang di sana. Entah terikut layu karena simpati pada bunga ungu yang sudah gugur. Entah terikut lesu karena simpati pada hijau pucat yang tersisa. Entah karena sadar hari ini akan segera berlalu tanpa bertemu wajah ceria yang di sana.
Aku ingin ganti menyebutnya bunga pagi, meski aku tak yakin sepagi apa kuntumnya mulai bermekaran. Aku ingin menyebutnya bunga pagi, karena ia menyegarkan mataku ketika aku melihat ke luar jendela ruang kerjaku di pagi hari.
Aku suka dia ketika pagi, karena mataku jadi berbinar melihatnya. Entah karena aku ikut bersemangat melihat warnanya yang ceria. Entah karena aku merasa bugar terpukau warnanya yang segar. Entah karena masih pagi, jadi pikiranku masi belum terjejali rencana-rencana proyek. Entah karena masih pagi, jadi hatiku masih bahagia membayangkan mimpi semalam bertemu dengannya. Entah karena otot-otot dalam otak belum berjibaku menyingkirkan ia dari pikiran agar bisa fokus pada pekerjaan.
Maka aku sebut dia bunga pagi, bukan karena itu nama sebenarnya. Karena aku ingin yang membekas adalah ceria saja. Karena aku sadar, yang gugur kemarin siang akan terganti lagi dengan mahkota segar yang baru. Karena batang dan daun hijau yang kukira pucat karena layu, sebenarya menunjukkan kerasnya usaha untuk memunculkan kembali senyum bunga di pagi hari. 
Aku suka melihat bunga itu di pagi hari karena menyadarkanku bahwa hari baru telah dimulai, maka sebentar lagi aku akan kembali bertemu dengan dia yang di sana.Jadi kunamakan dia bunga pagi. Semoga dia setuju, karena telinga delusiku mendengar dia berseru,”Semangat pagi, Sayang...!”
             
                                                                               Bontang, Jumat Pagi Awal Agustus 2013




Senin, 18 Maret 2013

Integritas dan Kegalauan: Antara Hati, Perkataan, dan Perbuatan


Saat ini sudah sering kita mendengar kata “integritas”. Dalam persyaratan lowongan kerja pun tidak jarang menjadikan integritas sebagai salah satu requirement-nya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan integritas?
Kalimat paling sederhana untuk menggambarkan makna integritas adalah kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Jadi, seorang yang dikatakan berintegritas apabila apa yang ia katakan sesuai dengan apa yang ia lakukan.
Perilaku yang sulit dikatakan contoh integritas misalnya adalah ketika kita berpisah dengan teman atau saudara. Bisanya saat berpisah kita melambaikan tangan dan berseru,”dada...!”. Sayang sekali, apa yang kita serukan itu tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan. Kalau ingin dikatakan integritas, seharusnya yang kita serukan adalah,”tangan...!”, atau kita ganti yang digoyang-goyangkan bukanlah tangan, tetapi dada. Saya kira yang cukup pas adalah melambaikan tangan dengan berseru,”bye..!”. Bukan bermaksud sok English, tetapi kata kata “bye” menurut hemat saya diadaptasi dari kosakata Indonesia yang berasal dari kata “lambai”, namun dipenggal suku kata akhirnya saja seperti yang lazim dipakai dalam bahasa sms (sandek, pesan pendek) di kalangan anak muda gaul.
Sifat lain yang tidak tergolong integritas adalah seperti yang ditunjukkan oleh Darmaji. Si Darmaji ini kalau makan gorengan lima biji, tapi yang dibayar cuma satu. Begitulah sifat Darmaji, dari lima jadi hiji.  Teman seperjuangan Darmaji adalah Ajidarma. Sebagai pejabat, Ajidarma seringkali menambah-nambahi nilai anggaran proposal, dana yang tadinya hanya 1 miliar ditambah-tambahi menjadi 5 miliar. Demikianlah Ajidarma, awalnya hiji di-mark up jadi lima. Darmaji itu merugikan orang lain, sedangkan Ajidarma memperkaya diri sendiri, sehingga tak heran kalau Darmaji dan Ajidarma yang tidak termasuk golongan integritas ini menjadi kejaran KPK. Mohon maaf kalau ada kesamaan nama, sumpah itu memang bisa jadi sebuah nama, namun yang saya maksudkan bukan sebenarnya nama.
Dalam bela diri aikido yang belum lama saya tekuni, sering ditekankan harmoni antara mind-body-movement. Maksudnya adalah ketika kita melakukan sebuah teknik atau jurus hendaknya melibatkan ketiga hal tersebut. Salah satu guru besar pencak silat di Garut pun pernah mengatakan hal yang mirip, dengan istilahnya pikiran-hati-perbuatan. Dalam praktik keseharian, jika harmonisasi ketiga hal di atas tidak terjadi maka akan menyulitkan. Contoh konkritnya adalah seorang yang bertekad untuk beranjak (move on) dari mantan gebetan yang sungguh ngebet untuk dijadikannya sebagai ibu dari anak-anaknya kelak. Ia sudah yakin untuk tidak memikirkan wanita itu lagi, juga yakin sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi. Akan tetapi jika ternyata masih sering stalking ke laman facebook, timeline twitter, status BB atau Whats App, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang galon, alias GAGAL MOVE ON!
Atau bisa jadi sebaliknya seorang wanita yang mati-matian menolak seorang lelaki, selalu pergi dan menghindar jauh dari jangkauan sang lelaki, namun ketika sang lelaki tampak tidak berbuat apa-apa wanita itu pun menoleh dan mencari-cari ada apa gerangan sang lelaki berhenti mengejar. Hal ini sangat berpotensi membuat sang wanita terjatuh pada perangkap yang tak terlihat. Sang lelaki benar-benar menikahi orang lain, sang wanita terjebak dalam nostalgia adrenalin pernah dikejar-kejar samapi ke ujung desa. Maka saudara-saudaraku, ketiadaan integritas berpotensi besar menyebabkan KEGALAUAN!
Bergeraklah kita dengan sepenuhnya sadar dan fokus pada tujuan, jangan terlalu banyak terpengaruh lingkungan. Dalam peribahasa Arab dikatakan bahwa sebenarnya kijang berlari lebih cepat daripada singa, kijang tertangkap singa karena terlalu sering melihat ke belakang. Seandainya sang kijang fokus berniat berlari, mengerahkan semua tenaganya, dan menghadapkan seluruh tubuhnya ke depan, tentu bisa selamat dari terkaman singa. Karena sikap dan perilaku yang tidak berintegritas ini, populasi kijang saat ini sudah jauh berkurang. Jumlahnya sudah kalah banyak dibanding jumlah avanza dan xenia.
Hal penting yang perlu kita ingat, pahami dan lakukan adalah bahwa integritas itu ada dalam persyaratan iman. Seorang dikatakan beriman apabila ia mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dalam hatinya, serta mengamalkannya dalam perbuatan.
Jadi marilah Saudara-saudara, kita harmoniskan hati, lisan, dan perbuatan (anggota badan) agar kita termasuk golongan yang berintegritas dan terhindar dari kegalauan. 

Jumat, 01 Februari 2013

Meniru dan Ditiru

Di salah satu dojo tempat saya berlatih Aikido ada sebuah kebiasaan yang menurut saya agak aneh. Kebanyakan aikidoka pemula di sana seringkali melakukan teknik sambil menaruh sebelah tangan di pinggang. Keheranan saya akhirnya terpecahkan setelah bertemu sensei yang paling dituakan di sana. Sensei itu -tanpa mengurangi hormat saya- punya kebiasaan menopang pinggang dengan sebelah tangan saat menjelaskan sebuah teknik, suatu sikap tubuh yang sebenarnya hanya sebuah kebiasaan bukan bagian penting dari teknik.
Di lain waktu, seorang teman saya bercerita agar hati-hati bertingkah laku jika nanti sudah punya anak. Teman saya itu sempat bingung melihat anaknya yang berusia sekitar 2 tahun suka menyodor-nyodorkan upil ke orang lain. Setelah direnungkan, ternyata memang teman saya itu suka berbuat demikian saat bercanda dengan istrinya.
Saya sendiri sering kaget karena ada beberapa kebiasaan saya yang ternyata ditiru oleh teman-teman kantor. Teman satu ruangan saya jadi suka bertepuk tangan tiga kali. Katanya dengan dengan bertepuk tangan seperti itu dapat menghilangkan masalah dan stres. Parahnya, dia bilang kebiasaan itu ia tiru dari saya, padahal sama sekali saya tidak melakukan itu dengan niat demikian, murni iseng belaka.
Coba Anda renungkan beberapa kebiasaan yang seringkali Anda lakukan. Coba Anda ingat-ingat hal baru apa yang menjadi kebiasaan Anda, cara bicara, cara menulis, atau mungkin bahasa tubuh Anda. Dapatkah Anda menjelaskan dari mana muncul kebiasaan tersebut?
Kita memang belajar dari lingkungan. Bermula dari memperhatikan, kemudian meniru, akhirnya menjadi kebiasaan. Ada kalanya proses belajar hingga menjadi kebiasaan itu terjadi tanpa kita sadari. Lucunya, hal yang tanpa sadari kita tiru dari orang lain sebenarnya tidak ada makna sama sekali menurut orang yang kita tiru itu. Maka, marilah kita saring baik-baik pengaruh dari lingkungan, jangan sampai apa yang kita tiru malah suatu hal yang jelek.
Sekarang mari kita renungkan, hal apa yang dilakukan orang lain yang ternyata merupakan hasil tiruan dari perilaku kita? Adakah? Saya yakin ada. Coba lihat lingkungan dekat Anda. Jika Anda orang tua, perhatikan anak-anak Anda. Jika Anda seorang pemimpin, lihatlah anak buah Anda. Jika Anda seorang guru, perhatikanlah murid-murid Anda. Nah, apakah kebiasaan yang ditiru dari Anda adalah kebiasaan baik, jelek, atau malah tak bermakna? Yuk, kita lebih bijak dan hati-hati dalam bertindak dan bertingkah laku, semoga pengaruh yang kita tularkan adalah suatu hal yang baik-baik. Hal yang tak bermakna tak apa-apa yang ternyata ditiru, setidaknya menunjukkan bahwa kita orang yang pantas ditiru, hehe7.

Rabu, 23 Januari 2013

Inspiring, lalu...


Saat itu, semua anggota tim berkumpul di aula. Hampir semua yang bicara, menyiratkan keraguan. Mereka tidak yakin bahwa mereka bisa melakukan apa yang sudah diputuskan oleh kantor pusat. Bos di unit itu terus berusaha meyakinkan bahwa mereka bisa. Memang, Bos ini merupakan tipikal orang yang tak pernah mengatakan tidak bisa. Ia selalu mengatakan “ya” apapun tantangan yang harus ia hadapi.

Akhirnya saya melambaikan tangan untuk meminta izin bicara. Saya tak ingin tim berlarut-larut dalam ketidakpercayaan diri. Saya bercerita. Cerita yang dulu pernah disampaikan dosen saya dalam sebuah training, yang bagi saya sangat menginspirasi.
Ada anak unta bertanya pada bapaknya yang tentu juga unta.
“Ayah, Ayah, kenapa sih kita punya punuk?”
“Punuk ini adalah tempat cadangan air kita, jadi kalau kita berjalan jauh di padang pasir, kita tidak akan mudah kehausan.”
“Ayah, Ayah, kenapa sih kaki kita panjang-panjang?”
“Oh, itu agar kita tidak mudah terperosok di pasir ketika menjelajahi gurun berhari-hari”
“Ayah, ayah, kenapa sih kelopak mata kita lebar sekali?”
“Kau tahu, Nak? Di gurun seringkali terjadi badai pasir, kelopak seperti ini sangat membantu agar mata kita menutup rapat sehingga tidak mudah kemasukan debu atau pasir.”
“Tetapi, Ayah, kenapa kita tinggal di kebun binatang?”

Tampaknya tim cukup paham dengan cerita yang saya sampaikan. Pak Bos menegakkan kepalanya, matanya terlihat bersemangat. Ia pun menegaskan pada tim bahwa segala sumber daya, system, dan teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia. Dengan bekal itu semua, tidaklah patut meragukan diri untuk melangkah pada situasi baru, karena bekal yang sudah ada itu memang disediakan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi tim saat itu.

Suasana tim kembali bergairah. Agenda demi agenda dapat dilalui dengan tanpa pesimisme. Saya menikmati suasana itu hingga suatu ketika saya cukup terperanjat.

Beberapa pecan kemudian, seorang rekan mengatakan pada saya bahwa ia masih ingat dengan cerita unta yang saya kisahkan. Tentu saya senang ketika ia mengakui bahwa cerita itu menginspirasi baginya. Rasa senang itu seketika berubah, saat dia mengatakan bahwa ia sedang menyiapkan berkas lamaran ke perusahaan lain.