Saat ini
sudah sering kita mendengar kata “integritas”. Dalam persyaratan lowongan kerja
pun tidak jarang menjadikan integritas sebagai salah satu requirement-nya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan integritas?
Kalimat paling
sederhana untuk menggambarkan makna integritas adalah kesamaan antara perkataan
dan perbuatan. Jadi, seorang yang dikatakan berintegritas apabila apa yang ia
katakan sesuai dengan apa yang ia lakukan.
Perilaku yang
sulit dikatakan contoh integritas misalnya adalah ketika kita berpisah dengan
teman atau saudara. Bisanya saat berpisah kita melambaikan tangan dan berseru,”dada...!”.
Sayang sekali, apa yang kita serukan itu tidak sesuai dengan apa yang kita
lakukan. Kalau ingin dikatakan integritas, seharusnya yang kita serukan adalah,”tangan...!”,
atau kita ganti yang digoyang-goyangkan bukanlah tangan, tetapi dada. Saya kira
yang cukup pas adalah melambaikan tangan dengan berseru,”bye..!”. Bukan
bermaksud sok English, tetapi kata
kata “bye” menurut hemat saya diadaptasi dari kosakata Indonesia yang berasal
dari kata “lambai”, namun dipenggal suku kata akhirnya saja seperti yang lazim
dipakai dalam bahasa sms (sandek, pesan pendek) di kalangan anak muda gaul.
Sifat lain
yang tidak tergolong integritas adalah seperti yang ditunjukkan oleh Darmaji. Si Darmaji ini kalau makan gorengan lima biji, tapi yang dibayar cuma satu. Begitulah sifat Darmaji, dari lima jadi hiji. Teman seperjuangan Darmaji adalah Ajidarma. Sebagai pejabat, Ajidarma seringkali menambah-nambahi nilai anggaran proposal, dana yang tadinya hanya 1 miliar ditambah-tambahi menjadi 5 miliar. Demikianlah Ajidarma, awalnya hiji di-mark up jadi lima. Darmaji itu merugikan orang lain,
sedangkan Ajidarma memperkaya diri sendiri, sehingga tak heran kalau Darmaji
dan Ajidarma yang tidak termasuk golongan integritas ini menjadi kejaran KPK.
Mohon maaf kalau ada kesamaan nama, sumpah itu memang bisa jadi sebuah nama,
namun yang saya maksudkan bukan sebenarnya nama.
Dalam bela
diri aikido yang belum lama saya tekuni, sering ditekankan harmoni antara mind-body-movement. Maksudnya adalah
ketika kita melakukan sebuah teknik atau jurus hendaknya melibatkan ketiga hal
tersebut. Salah satu guru besar pencak silat di Garut pun pernah mengatakan hal
yang mirip, dengan istilahnya pikiran-hati-perbuatan. Dalam praktik keseharian,
jika harmonisasi ketiga hal di atas tidak terjadi maka akan menyulitkan. Contoh
konkritnya adalah seorang yang bertekad untuk beranjak (move on) dari mantan gebetan yang sungguh ngebet untuk dijadikannya sebagai ibu dari anak-anaknya kelak. Ia sudah
yakin untuk tidak memikirkan wanita itu lagi, juga yakin sudah tidak punya
perasaan apa-apa lagi. Akan tetapi jika ternyata masih sering stalking ke laman facebook, timeline
twitter, status BB atau Whats App, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang
yang galon, alias GAGAL MOVE ON!
Atau bisa
jadi sebaliknya seorang wanita yang mati-matian menolak seorang lelaki, selalu
pergi dan menghindar jauh dari jangkauan sang lelaki, namun ketika sang lelaki
tampak tidak berbuat apa-apa wanita itu pun menoleh dan mencari-cari ada apa
gerangan sang lelaki berhenti mengejar. Hal ini sangat berpotensi membuat sang
wanita terjatuh pada perangkap yang tak terlihat. Sang lelaki benar-benar
menikahi orang lain, sang wanita terjebak dalam nostalgia adrenalin pernah
dikejar-kejar samapi ke ujung desa. Maka saudara-saudaraku, ketiadaan integritas
berpotensi besar menyebabkan KEGALAUAN!
Bergeraklah kita
dengan sepenuhnya sadar dan fokus pada tujuan, jangan terlalu banyak
terpengaruh lingkungan. Dalam peribahasa Arab dikatakan bahwa sebenarnya kijang
berlari lebih cepat daripada singa, kijang tertangkap singa karena terlalu
sering melihat ke belakang. Seandainya sang kijang fokus berniat berlari,
mengerahkan semua tenaganya, dan menghadapkan seluruh tubuhnya ke depan, tentu
bisa selamat dari terkaman singa. Karena sikap dan perilaku yang tidak berintegritas
ini, populasi kijang saat ini sudah jauh berkurang. Jumlahnya sudah kalah
banyak dibanding jumlah avanza dan xenia.
Hal penting
yang perlu kita ingat, pahami dan lakukan adalah bahwa integritas itu ada dalam
persyaratan iman. Seorang dikatakan beriman apabila ia mengikrarkan dengan lisan,
membenarkan dalam hatinya, serta mengamalkannya dalam perbuatan.
Jadi marilah
Saudara-saudara, kita harmoniskan hati, lisan, dan perbuatan (anggota badan)
agar kita termasuk golongan yang berintegritas dan terhindar dari kegalauan.
kalo hati bilang kita suka sama seseorang, tapi setelah dipikir dan dipertimbangkan, masih bercempur gengsinya. dan akhirnya dimulut dia bilang ga suka, gimana?
BalasHapussetuju pak ustadz, jangan GALAU dan jangan GALON :D hehe pisss.... mampir ya...
BalasHapusHahaha..iya GALON-nya attracting om..seide sayah mah sama nyang komen di atas :D
BalasHapus@Gudang Cerita: itulah yg disebut Maling, Malu-malu Kucing:D
BalasHapus