pernah gw ditawarin bokap beasiswa S2 di Malaysia. gw dengan songongnya menolak. gw g mw berhubungan mesra dengan tetangga kita yang satu ini. penyebabnya? tentu aja karena gw sebel banget sama kelakuan mereka. mulai dari perlakuan tak manusiawi terhadap warga kita di sana, apalgi terhadap para TKI, sampe klaim seenak perutnya terhadap harta milik Bangsa kita (dari pulau, blok minyak, batik, reog, sampe lagu daerah diembat semua). dulu mereka belajar banyak ke kita, sampe2 di Bandung ada asrama khusus mahasiswa malay yang belajar di ITB. sekarang? murid ga tau diri, ga tau malu. guru kencing berdiri, murid kencing berlari, WCnya apa rusak kali ya? sebel! pokonya sebel...
sampe suatu ketika, beberapa hari yang lalu, ada sesuatu yang membuat gw rada melunak. heh, bukan karena Puan Melayu ya! tapi karena Upin dan Ipin. yup, pelem kartun tea. lucu. gw pikir humor yang dipertontonkan cukup intelek dan berbobot. ga kaya sinetron kita yang makin ngaco ga jelas (si entong, faiz faizah, etc). gw kira serial Upin & Ipin yang durasinya cuma sekitar 5menitan memiliki muatan pendidikan yang bermanfaat. selain itu, kartun ini tidak menunjukkan kemewahan, malahan yang ada adalah kehidupan desa pinggiran sederhana. maenan anak2nya pun bikin kangen masa kecil. dari tarik-tarikan pelepah palem sampe ngejar-ngejar ayam. jadi? gw unduh d videonya. hwehehe777...
tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam kepala gw. untuk membalas dendam. yuk kita klaim aja Upin&Ipin sebagai karya kita....
hwahahaha.....
takbiran ah....
Selasa, 30 September 2008
Selasa, 02 September 2008
Humor of the week
Alkisah si Fulan sedang berjalan menuju masjid ut menunaikan shalat dhuhur berjamaah. Untuk sampai ke masjid dia harus melewati kebun kurma. Saat melintas kebun itu, dia melihat seseorang sedang berada di atas salah satu pohon kurma yang buahnya sudah matang. Si Fulan pun menegur orang itu"Hey keledai! Tak tahukah kamu kalau adzan sudah berkumandang? Turunlah segera untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid!"
Akan tetapi, yang ditegur tak menggubris dan meneruskan pekerjaanñ memanen kurma. Si fulan pun kesal, lalu memalingkan wajahnya dan menutupi mukanya dengan sorbannya. Dia berlalu meninggalkan orang tersebut menuju masjid. Orang itu pun mengiringi kepergian si fulan dengan pandangan sinis
Ketika waktu ashar tiba, si fulan melewati kebun kurma itu lagi. Sekali lagi didapatinya seseorang sedang berada di atas salah satu pohon asik memanen kurmanya
Fulan kembali menegur, tetapi dengan cara yang berbeda
"Assalamualaikum, wahai Paman. Bagaimana panen kali ini?"
Orang itu pun menjawab,"Waalaikumussalam. Seperti yang kau lihat, panen kali ini melimpah, Alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Wahai Paman, alangkah baiknya engkau turun dulu, adzan sudah berkumandang."
Orang itu pun segera turun. Sesampainya di bawah orang itu berkata,"Alangkah baiknya akhlakmu wahai anak muda. Berbeda sekali dengan orang yg lewat siang tadi, dia malah memakiku, memanggilku keledai. Marilah kita bersama-sama ke masjid."
Moral of the story:
- kalau kamu memaki orang lain, jangan sampai orang itu mengenalimu. Tutup mukamu kaya si fulan, kalo perlu pake topeng
- Hati-hatilah ketika menyapa, menegur, atau memanggil orang lain. Gunakanlah sapaan yang pas. Jangan pernah manggil orang yang lagi manjat pohon dengan panggilan 'keledai'. Dia g akn setuju. Coba pikir, mana ada keledai yang bisa manjat pohon? Kalau monyet, beruk, tupai, tentu lebih pas
- .....silakan tambahkan sendiri
Akan tetapi, yang ditegur tak menggubris dan meneruskan pekerjaanñ memanen kurma. Si fulan pun kesal, lalu memalingkan wajahnya dan menutupi mukanya dengan sorbannya. Dia berlalu meninggalkan orang tersebut menuju masjid. Orang itu pun mengiringi kepergian si fulan dengan pandangan sinis
Ketika waktu ashar tiba, si fulan melewati kebun kurma itu lagi. Sekali lagi didapatinya seseorang sedang berada di atas salah satu pohon asik memanen kurmanya
Fulan kembali menegur, tetapi dengan cara yang berbeda
"Assalamualaikum, wahai Paman. Bagaimana panen kali ini?"
Orang itu pun menjawab,"Waalaikumussalam. Seperti yang kau lihat, panen kali ini melimpah, Alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Wahai Paman, alangkah baiknya engkau turun dulu, adzan sudah berkumandang."
Orang itu pun segera turun. Sesampainya di bawah orang itu berkata,"Alangkah baiknya akhlakmu wahai anak muda. Berbeda sekali dengan orang yg lewat siang tadi, dia malah memakiku, memanggilku keledai. Marilah kita bersama-sama ke masjid."
Moral of the story:
- kalau kamu memaki orang lain, jangan sampai orang itu mengenalimu. Tutup mukamu kaya si fulan, kalo perlu pake topeng
- Hati-hatilah ketika menyapa, menegur, atau memanggil orang lain. Gunakanlah sapaan yang pas. Jangan pernah manggil orang yang lagi manjat pohon dengan panggilan 'keledai'. Dia g akn setuju. Coba pikir, mana ada keledai yang bisa manjat pohon? Kalau monyet, beruk, tupai, tentu lebih pas
- .....silakan tambahkan sendiri
Langganan:
Postingan (Atom)